Alhamdulillah, tanggal 13-17 April 2017 kemarin kami bisa berkunjung ke Belanda. Awalnya ga terlalu matok mau kesana, tapi karena waktunya pas saat musimnya bunga tulip mekar, ditambah dapet voucher tiket bis murah yaitu 20Euro Chemnitz-Amsterdam per orang. Akhirnya kami mutusin untuk melancong kesana. Dari 5 hari perjalanan, sebenernya cuma 3 hari efektif kami jalan-jalan dan 2 harinya adalah waktu perjalanan. Maklum perjalanan lama karena naik bis Chemnitz-Amsterdam makan waktu kurang lebih 19 jam dari jadwal aslinya 16 jam dan 1 kali transit di Nurnberg.

Di hari pertama (14/04/2017), kami keliling kota Amsterdam. Tepatnya di sekitaran Dam Square. Jam setengah 1 kami tiba disana dari Halte Sloterdijk. Singgah dulu makan siang di tempat kebab (karena jelas tulisan halal nya). Pas banget saat itu lagi ada semacam festival atau di indo kayak pasar malem gitu ya yang ada bianglala nya tapi ini lagi siang bolong. Objek wisata yang mengelilingi Dam Square ada cukup banyak, tapi kami cuma muterin Dam Square aja tanpa masuk ke objek wisatanya seperti Madam Tussaud, Royal Palace, De Nieuwe Kerk, Rijkmuseum, Anne Frankhuis, Body Worlds, dll. Kami berkeliling sampai pukul 6 sore lewat karena rute selanjutnya kami mesti ke penginapan (The Student Hotel) di Den Haag dengan menaiki bis dari Sloterdijk. 


Royal Palace, Amsterdam

Beurs Van Berlage, Amsterdam

De Nieuwe Kerk, Amsterdam

Magna Plaza, Amsterdam

Bloemenmarkt, Amsterdam

Rijkmuseum, Amsterdam

IAMSTERDAM 

Di hari kedua ini adalah tujuan utama kami ke Belanda. Liat tulip di Keukenhof, Lisse. Pukul 8 pagi kami keluar dari penginapan langsung ke Leiden Centraal naik kereta. Alhamdulillah kami dapat bis kedua menuju Keukenhof dengan penumpang yang tidak terlalu banyak. Sampai di Keukenhof, cukup banyak pengunjung yang sudah datang. Kami ambil peta, dan masuk ke dalam. Biaya masuknya sebesar 16Euro atau sekitar 230.000 per orang. Ketika di dalam, saya menemukan alasan kenapa banyak pengunjung dari berbagai negara datang kesini. Ternyata bentuk tulipnya ga itu-itu aja, semuanya indaah.. ohiya, untuk ke Keukenhof ada bis khusus sekali jalan kesana dengan jarak tempuh hampir setengah jam. Sepanjang jalan kesana mata kita juga udah dimanjakan pemandangan ladang penuh tulip beberapa kali.

Bergerak dari Keukenhof jam 11, kami on the way ke Schiedam, dekat Rotterdam. Pergi kesini awalnya niat silaturrahim ke satu keluarga Indonesia kenalan Abi saya, tapi kami sempat muter-muter liat Molen di daerah ini. 

Keukenhof, Lisse







Molen, Schiedam

Hari ketiga waktu berkeliling Den Haag sekaligus arah pulang ke Chemnitz. Di Den Haag kami sempat pergi ke Peace Palace dan Binnenhof. 


Binnenhof, Den Haag

Peace Palace, Den Haag


Prins Van Oranje

Bonus foto lainnya ... hehe.

Pion raksasa

Westermoscee Aya Sofiya, Amsterdam

Kami sebagai orang Islam yang punya kewajiban untuk ibadah sholat 5 kali sehari, kebutuhan Masjid tentu tidak bisa dilepaskan dari rutinitas keseharian. Terutama untuk laki-laki. Keberadaan Masjid menempatkan sisi yang lain di hati orang Islam. Selalu nyaman ada di rumah Allah ini. Apalagi kalau dalam perjalanan jauh, yang dicari selain tempat tujuan ya pasti Masjid. Bisa ibadah sekaligus bisa melepaskan penat barang sejenak. Nah, buat orang Islam yang mau dan mungkin ada rencana berkunjung ke Chemnitz, pembahasan kali ini berkaitan dengan Masjid yang ada di Chemnitz, Jerman Timur. Sejauh ini yang kami tau ada 3 Masjid. Diantaranya Masjid kampus TU Chemnitz, Masjid Arab, dan Masjid Turki. Sebetulnya nama Masjid itu Cuma sebutan kami-kami aja yang disini. Berikut lengkapnya..

1. Masjid kampus TU (Technische Universitat) Chemnitz

Alhamdulillah, bagi mahasiswa baru TU Chemnitz, ga perlu bingung cari lokasi Masjid. Lokasinya ada di Reichenhainer Straße 51. Ukuran Masjid nya ga terlalu besar, tapi biasa dilaksanain sholat jum’at 2 sesi disini. Catatan buat yang perempuan, di Masjid ini ga bisa dipakai buat ibu-ibu ya. Laki-laki aja yang bisa pakai sholat disini. Berikut penampakan Masjid kampus TU Chemnitz :

Pintu depan Masjid
Dalam Masjid


2. Masjid Arab

Seperti sebutannya, Masjid ini sepertinya dibangun atas kontribusi warga asli Arab. Lokasi nya ada di Solbrigstraße 22, 09120 Chemnitz, Jerman. Saat kami pergi kesana, karena milih untuk jalan kaki daripada naik tram (alias takut nyasar kalau naik tram), makanya kami telat jamaah sholat dzhur. Alhasil pas masuk Masjid, kami cuma ketemu sama satu orang laki-laki kebangsaan Arab disana dan beliau ga bisa bahasa inggris. Dari hasil ngobrol singkat dengan bahasa yang seadanya, kami ditunjukkin ada ruangan khusus perempuan untuk sholat dan juga kamar mandi. 

Dari pengalaman jalan kaki kesana, lokasi Masjid nya agak susah di temuin karena masuk ke dalam kompleks perumahan. Masjid nya agak memojok dan tulisan penanda Masjid nya kecil di pintu bawah sedangkan ruangan sholatnya ada di lantai 3. Buat yang baru pertama kali datang kesini mungkin agak kesulitan karena tidak disediakan penunjuk arah setelah masuk dari pintu. Oh iya, ada pintu depan dan belakang di lantai bawah nya. Pintu depan dikunci dan mesti memasukkan beberapa kode pin. Sedangkan pintu belakangnya sepertinya selalu dibuka. Nah ini juga tau nya pas udah masuk dari pintu depan dan dari hasil telfon kesana kemari nanya kode pin Masjid Arab. So, kalau belum tau kode nya coba aja puterin bangunan, InsyaaAllah pintu belakang dibuka. Hehe. 
Berikut penampakan Masjid Arab :

Pintu Masjid Arab
Dalam Masjid Arab

3. Masjid Turki 

Masih fresh kami cari Masjid ini akhir pekan lalu, letaknya ternyata lebih dekat daripada ke Masjid Arab. Kali ini juga jalan kaki, sambil olahraga niatnya. Hehe. Lokasinya ada di Zieschestraße 11, 09111 Chemnitz, Jerman. Kalau searching di google maps, nama masjid ini Chemnitz Mosque. Letak Masjidnya juga mudah dicari karena ada di pinggir jalan besar dan juga ada bendera Turki dan Jerman di atas pintu masuk. Jadinya sekali diliat, udah yakin ini Masjid Turki. Enak nya di Masjid ini ada informasi tertulis di dinding ruangan apa aja yang ada di lantai 0 sampai 3 kalau ga salah inget. Lantai paling bawah untuk tempat wudhu laki-laki. Lantai diatasnya untuk sholat bagi laki-laki dan perempuan terpisah. Disamping persis Masjid ada toko bahan makanan Turki juga. Semua yang dijual didalemnya dari daging, beras, kacang, kurma bahkan jelly Haribo yang kebanyakan ga halal, disini insyaaAllah halal semua. 

Satu catetan setelah ikutan sholat di Masjid ini. Suara adzan Alhamdulillah terdengar ke semua ruangan yang ada di Masjid. Tapi sayangnya pas sholat jamaah, suara imam nya ga di loud speaker sampai ke ruangan perempuan. Waktu mau sholat dzhur, di samping saya ada ibu-ibu Turki yang juga lagi tilawah sambil nunggu adzan sepertinya.. setelah adzan, saya sunnah sebentar kemudian nunggu suara imam sambil liat-liat sekeliling sambil liat ibu-ibu satu ini sih. Beliau setelah tilawah, langsung sholat 4 rakaat. Kemudian berdiri lagi dan sholat lagi. Loh saya jadi bingung, ini ada jamaah ga ya? Ternyata pas laki-laki udah selesai jamaah, saya baru tau kalau ternyata suara imamnya ga sampai ruangan saya. Jadi ini aja sih catetannya, kalau udah tau begini, bisa langsung sholat wajib nya aja buat yang perempuan. :)
Berikut penampakan Masjid Turki :

Pintu Masjid Turki

Ruang sholat perempuan


Sekian review kami mengenai 3 Masjid yang ada di Chemnitz. Ketiga alamat yang tertera bisa di googling ya. Semoga bermanfaat. ^^

Mosque/Moschee in Chemnitz

by on 4/10/2017
Kami sebagai orang Islam yang punya kewajiban untuk ibadah sholat 5 kali sehari, kebutuhan Masjid tentu tidak bisa dilepaskan dari rutinita...
Ada satu yang unik disini menurut saya yaitu soal air minum. Di seluruh Jerman. Air yang keluar dari keran wastafel atau kamar mandi itu bisa diminum. Mau itu air dingin sampai air panas. It’s free. Nah kalau mau beli di toko, bisa ketemu banyak macemnya. Di Chemnitz sendiri, kata orang Indo yang lain bilang penduduk aslinya suka minuman yang bersoda. Jadi kalau mau beli minuman yang normal aja tanpa ada sodanya, pilih yang tulisannya “Still Water”, selain itu kalau kamu ketemu botol minum air bening yang tulisannya beda, bisa jadi ada sodanya. Pengalaman waktu sebelum dapat kamar di asrama, kami sempet beberapa malam nginap di penginapan dan mereka kasih minuman botol tulisannya “Medium Water”. Air nya sih bening, ternyata pas minum ada soda nya -,- . disini ada juga air putih rasa apel dll. Nih dicatet, kecuali air yang ada di toilet straßenbahn, semuanya bisa diminum. Soalnya ada yang pengalaman minum air disitu tuh.. *colek author pertama. XD

tanda berganti musim di Chemnitz


Tempat Tinggal 
Untuk tempat tinggal, kami nempatin asrama mahasiswa.. tepatnya di area Vetterstase. Kalau liat dari vlog mahasiswa jerman yang lain, (karena saya sendiri bukan mahasiswa sini).. ada beberapa tipe kamar. Kalau kamar yang kami tempatin itu sendiri, kira-kira luasnya 14 m2. Ga begitu besar, tapi cukup untuk berdua, Alhamdulillah. Kekurangannya disini itu kamar mandi dan dapurnya sharing sama kamar tetangga. Disini sih sharing untuk 2 kamar. Tetangga kami sendiri, mahasiswa dari India. Laki-laki. Yaa.. ga bisa di compare ya enakan sharing gini apa punya sendiri toilet dan dapurnya. Kalau gini resikonya ya mesti saling peka aja, kapan kita mesti bersih-bersih kamar mandi/dapur, giliran siapa yang beli tisu toilet atau sabun tangan, dll. Oia.. kulkas juga sharing. Pokoknya perkakas-perkakas masak kayak oven dan toaster juga sharing. Termasuk makin peka pendengarannya… loh kok maksudnya? Hehe. Kadang kita mau masuk kamar mandi, tau-tau.. jekrek! Pintu kamar tetangga ke buka. *pasang telinga* jekrek! (masuk pintu kamar mandi) yasudah ya… sabar aja nunggu tetangga keluar. Hhmm..

Waktu awal-awal masuk asrama gini, ada Mba2 indo yang dari awal sering bantu kami urus ini-itu nanya sama orang mana sharing room (dapur dan kamar mandi) nya. Intinya sih dari cerita-cerita mereka, setiap negara punya ‘habit’ masing-masing.. entah itu cara masak atau apapun soal masakan. Misalnya, ada yang sering pakai salah satu bumbu yang wanginya cukup menyengat, atau kebanyakan orang asli eropa yang kalau sarapan cukup bikin sandwich alias gada wangi-wangian tumis kayak orang indo ataupun india hehehe. Di kamar mandi juga misalnya orang asli eropa keluar masuk toilet terjaga kekeringan lantainya, (ga suka basah kali ya) tapi biasanya pemakaian tisu toiletnya banyak, dll. Sepertinya cukup dipertimbangkan juga nih dapet tetangga orang mana, karena pas diawal dapet kamar nomer sekian, kita dikasih tau tetangga nya orang asal mana. Kalau dari asalnya kita kurang sreg, bisa milih pindah ke kamar lain.. hehhee. Alhamdulillah dapet tetangga dari negara yang hidungnya biasa nyium bawang-bawangan jadinya lebih tenang kalau masak. Secara bau tumisan bawang itu semerbak, sampai kadang suka mesti buka jendela kamar supaya baunya cepet ilang. Hmm,,, begitu kira2 kondisinya. 

Untuk nyuci baju sendiri, ada ruang laundry di bangunan sebelah yang masih asrama juga. Di dalem ruangan itu ada 4 mesin cuci satu pintu. Per satu kali nyuci, 2 Euro. Kami seringnya nyuci paling ga seminggu 2x dan bisa lgsg jemur di ruangan itu pakai jemuran milik sendiri atau ada tali yang bisa dipakai umum. Bebas juga kalau mau jemur di kamar, karena males juga kalau mesti bolak balik lantai 2 ke -1 buat nyuci dan ambil jemuran kalau udah kering. 

Di kamar asrama juga udah disediain kasur, lemari yang lumayan banyak kayak lemari baju khusus yang digantung, lemari baju untuk yang dilipet, lemari buku 3 tingkat panjang, 1 meja belajar dan kursinya, dan 1 lemari yang biasanya buat kami taruh bahan-bahan makanan, dan obat-obatan. Sejauh ini belum semua lemari itu keisi, padahal 4 koper yang kami bawa udah pada kosong. Jadi, ga khawatir kalau perlu space taruh barang tambahan.

Walaupun biaya sewa kamar disini hampir 200Euro perbulan, lumayan bedanya sama yang bukan asrama atau nyewa kamar sharing di tempat lain. Tapi disini ga kosong-kosong banget ruangannya, malah udah lengkap fasilitasnya dengan biaya bulanan yang flat. ;)

Lingkungan
Karena tinggal di wilayah mahasiswa dan deket kampus, pastinya lingkungan disini ramai anak-anak muda. Apalagi masuk summer gini nih, kalau udah mau matahari terbenam kayaknya mulai banyak yang adain acara kumpul2 barbequan di lantai bawah.. atau ga kalau udah agak maleman, rame-rame party di bar atas. Entah sampai kapan ‘seru-seruan’ nya, tapi biasanya waktu kami tidur mereka masih sangat ber ‘energi’ suaranya -.-

Mau ke supermarket kayak Edeka dan Penny juga deket, kira-kira 5 menit jalan kaki dari asrama. Ke apotik juga bisa jalan kaki tapi agak jauh. Begitupun tempat kebab. Masjid kampus juga 5 menit jalan kaki, selain itu ada Masjid Arab dan Masjid Turki. Secara keseluruhan lingkungan asrama sini lokasinya lebih ke dalem dari jalan besar. Jadinya kalau keluar malem agak sepi. Kata yang lain sih malem disini aman-aman aja. Tapi tetep ya, ngapain keluar malem-malem kalau ga perlu-perlu amat? Hehe. Lumayan serem kalau dibandingin di Sendai ._.

Berobat
Alhamdulillah saya selama disini belum pernah berobat ke dokter. Kalau kata yang lain, disini sistem berobatnya mesti buat janji atau termin dulu sama dokternya. Alhasil ke dokter itu mesti dari jauh-jauh hari. Ga kayak di Indo yang sekali dateng bisa langsung di cek, malah kadang jadi disuruh dateng lagi dan lagi.. -.- kecuali kalau udah kritis kali ya baru bisa eksekusi langsung sama dokternya. Ada yang cerita punya pengalaman mesti pake ‘drama’ dulu buat janjinya supaya bisa diperiksa lebih cepet dari biasanya. Misalnya sambil ditambah kalimat ”…saya sebelumnya ga pernah ngalamin ini”. Dapet waktu seminggu dari pas buat termin aja udah termasuk cepet. Doakan moga kami sehat-sehat ya.. ga kebayang kalau mesti buat janji kayak begitu, mana ga bisa bahasa jerman pula. Hadeuh. 

Internet
Ini nih enaknya tinggal di asrama. Disetiap kamar udah disediain colokan LAN untuk koneksi internet yang pembayarannya udah barengan sama bayar sewa nya. kita tinggal beli kabel LAN dan rooter kalau mau dijadiin wifi. Cara aktifinnya mesti daftar dulu trus macam log-in kali ya. (ketauan bukan saya yang urus deh hehe..). Kalau internet di hp atau mobile data, disini mirip di Indo yang mesti beli sim di Edeka dan supermarket yang lain juga tersedia dan juga beli pulsanya. Kami sendiri beli yang paket perbulan. Kira-kira 9 Euro per bulan, udah ada kuota untuk telfon, sms, dan internet 1 Gb. 

Demikian kurang lebihnya gimana kami tinggal di Chemnitz yang sedikit banyak bisa di samain sama kondisi tinggal di wilayah keseluruhan Jerman. Biaya hidup perbulan Chemnitz juga ga semahal di Jepang, malah bisa disamain kayak di Indo menurut mahasiswa Indo yang lain. Biasanya mahasiswa disini juga ambil kerja part-time misalnya bersih-bersih di restoran atau hotel untuk survive nguliah sambil cari biaya hidup. Belajar banyak sih dari kehidupan mereka (orang-orang Indo yang disini) yang segimana stress nya ngadepin standar kuliah di Jerman, belum lagi mesti nyari biaya hidup –yang kebanyakan- juga nyari sendiri. Dari ada yang keliling-keliling Jerman buat beli barang-barang yang bisa dijual ke orang di Indo, ada yang bersih-bersih atau jadi waitress, sampai ada yang beberapa tahun ini belum pulang ke Indo. Dari situ perlu dirubah nih mindset nya kalau mahasiswa yang kuliah di luar negeri itu bukan berarti kaya raya dan hidupnya terjamin. Malah disini kayaknya mahasiswa nya banyak yang ngalamin masa-masa stress karena standar nilai di kampus beda banget kayak di Indo dan lagi nyari uang tambahan hidup. Applause buat semua anak negeri yang lagi berjuang di pelosok mancanegara! Semoga kelak jadi bibit unggul yang mampu meninggikan harkat bangsa di mata dunia! :D 

btw, ini part 2 ya.. part 1 bisa di scroll sedikit ke bawah. Danke!